Rabu, 04 Maret 2009

Panjat Tebing, Olahraga Anti Gravitasi

Ketinggian selalu berhasil menarik manusia untuk mencicipinya. Sampai kini, tak ada yang bisa memastikan kenapa posisi tinggi selalu jadi perhatian. Boleh jadi, posisi tinggi memungkinkan manusia untuk melihat kejauhan, untuk melihat lebih luas, atau paling tidak sudut pandang yang berbeda jika berada di atas. Mungkin saja karena kita berasal dari bayi yang merangkak dan perlahan berdiri, menyebabkan kita tetap ingin naik lebih tinggi.

Dari merasakan nikmatnya berada di ketinggian itu, manusia merasa ada tantangan dan sensasi yang menyelemuti diri. Rasa penasaran untuk melepas energi ketika berusaha mencapai ketinggian itulah yang selalu dicari. Bermodal keberanian dan usaha yang tak kenal lelah, manusia mencoba melawan gravitasi untuk merasakan kenikmatan ketinggian.
Pandangan itu tak perlu jawaban. Itu sudah cukup menjelaskan ketika orang awam berbondong-bondong mencicipi kegiatan panjat dinding, salah satu cabang mendaki gunung. Seni merayapi dinding itu datang menawarkan kenikmatan. Tapi seni ini juga menuntut modal dasar, keberanian dan nyali yang di atas rata-rata.
Arena panjat dinding di GOR Sueca Pura, Klungkung bisa jadi contoh. Dinding pemanjatan buatan itu selalu saja bisa memikat pengunjung yang lewat. Dari kalangan artis, orang biasa sampai anak-anak. Kalau sudah ada yang merayapi dinding, mau tak mau hati mereka tergelitik untuk menonton. Usai menonton, otak segera memberi instruksi untuk menjajal lengkap bersama debar jantung yang ikut memicu adrenalin tubuh.
’’Ide pembuatan panjat dinding di mall memang berangkat dari usaha sosialisasi olahraga ini (panjat dinding). Dari dulu saya berpikir kenapa panjat dinding nggak bisa memasyarakat seperti olahraga lain, misalnya basket, voli atau sepak bola,” ungkap Oki Jarium Saragih (33), penanggung jawab harian arena panjat dinding PIM.

Faktor Keselamatan
Selain berusaha menjadi populer, aktivitas panjat dinding di ruang kerumunan publik juga akan banyak memberi pengetahuan keselamatan dalam menikmati ketinggian. ’’Ini olahraga yang penuh tantangan. Butuh keberanian seseorang. Tapi dengan safety procedure yang ketat, siapa saja bisa kok ikut (mencicipinya),” kata Oki bersemangat.
Faktor keselamatan memang selalu jadi pertanyaan awam. Ini yang menjadi tantangan para penggiat panjat dinding. Mereka pun menjelaskan bahwa tiap alat manjat punya kapasitas dan kekuatan yang terukur. Ada acuan angka yang menunjukkan kesanggupan alat untuk menahan beban. Ambil contoh, carabiner (cincin kait) yang sanggup memikul beban sampai 2.500 kg atau harness (pengaman tubuh) dengan kekuatan 1.500 kg.
’’Sebetulnya dari segi alat nggak ada masalah, tinggal sekarang bagaimana orang memahami pemakaian alat dengan baik dan benar,” ucap Oki yang pernah aktif dalam kepengurusan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Pengda DKI Jakarta. Pemahaman terhadap safety procedure mutlak adanya. Sebab, panjat dinding tak pernah memberikan ruang bagi keteledoran. Sesederhana apa pun bentuknya, semua aturan keamanan harus selalu dicek dan dicek ulang (recheck).
Dari beberapa kejadian kecelakaan terbukti bahwa alat bukan menjadi biang keladi. Namun keteledoran dan anggap enteng justru menjadi bumerang para pelaku.
Pentingnya aturan keselamatan itu juga menjadi modal Oki menyakinkan pihak tuan rumah (baca : Pondok Indah Mall) untuk mengizinkan pembangunan arena panjat dinding. Usaha ini tak mudah. Sebab, pihak mal sangat memanjakan para pengunjung. Segala sesuatunya dibuat atas dasar kenyamanan.
Lewat lobi intensif, pada Maret 1997 arena ini resmi berdiri. Mendapat pasokan dana dari seorang ekspatriat, Oki lantas membuat dinding yang layak dipanjati. Waktu itu, modal yang ditanamkan mencapai 200 juta rupiah. Bujet ini terbilang murah. Beberapa bulan kemudian, badai krismon menghajar.
Dengan lebar 12 meter dan tinggi 10 meter, dinding panjat ini punya enam variasi jalur. Tingkat kesulitannya cukup untuk dipanjati dari tingkat pemula sampai mahir. Kata Oki, ada empat jalur yang memang sengaja dipasangi point (pegangan panjat tebing) menyebar sebanyak mungkin. Tujuannya, untuk merangsang orang berani mencicipi permainan antigravitasi yang menantang ini. Kalau langsung disodori jalur yang sulit, takutnya orang jadi enggan. Buntutnya, ogah balik lagi.
Agar tak jenuh, di samping membuat variasi jalur, pengelola berencana menawarkan paket acara yang rutin digelar. Bentuknya, dari lomba panjat, fun climbing untuk anak-anak usia 6 – 10 tahun, paket perjalanan alam bebas dan lainnya. Saat ini mereka sedang berusaha mencari dukungan sponsor. Tahun lalu, sempat diadakan fun climbing bersamaan dengan peluncuran film Spiderman. Soal animo pengunjung, wah jangan ditanya.

Arena Bermain
Oki juga merekomendasikan arena ini sebagai tempat alternatif bermain anak-anak. Daripada keluyuran atau main video game, panjat dinding jelas memberi dampak kesehatan jasmani bagi anak. Ini pun proses tepat untuk menempa diri dan pembangkit nyali. Mereka pun bisa menyalurkan energi tanpa harus khawatir keselamatannya. Bagi anak-anak hiperaktif, tempat ini juga cocok untuk melepaskan kelebihan energi mereka.
Hari-hari Sabtu, Minggu dan libur boleh dibilang sebagai waktu anak-anak untuk memanjat dinding. Pada hari-hari santai itu pemandangan kegiatan panjat di PIM lebih didominasi usaha tangan-tangan mungil meraih point. Sedang Senin sampai Jumat, kebanyakan diisi para pehobi, pekerja dan atlet daerah yang berlatih.


1 komentar:

devie triadi mengatakan...

terima kasih infonya. apa saya bisa minta alamat kontak pihak panjat tebing PIM? terima kasih :)
-devi-