Kamis, 12 Maret 2009

Open Source Menjawab Tantangan TI


Betti Alisjahbana
Ketua Umum Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI)


Teknologi informasi (TI) adalah fondasi dalam menjalankan bisnis masa kini. Di banyak industri, sistem informasi bahkan merupakan prasyarat bagi beroperasinya perusahaan.

Tidak ada yang meragukan pentingnya sistem informasi bagi suksesnya suatu bisnis. Tantangannya tentu bagaimana memilih sistem informasi secara cerdik, agar mendapatkan sistem yang legal, tidak melanggar HaKI (hak atas kekayaan intelektual), tetapi dengan harga yang masuk akal.

Dalam kontes itu, kehadiran peranti lunak open source (sumber terbuka) menjadi relevan. Beberapa manfaat yang bisa segera diraih dengan memanfaatkan peranti lunak sumber terbuka adalah penghematan biaya, karena mampu menekan biaya lisensi. Sebagai ilustrasi, perusahaan UKM (usaha kecil menengah) kini tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tinggi untuk membayar lisensi peranti lunak proprietary (sumber tertutup). Mereka bisa memilih Linux sebagai sistem operasi, Open Office untuk peranti lunak sjstem perkantoran, Firefox sebagai web browser.
Berbagai aplikasi e-mail & messaging, sistem keuangan, web content management pun tersedia dalam versi sumber terbuka. Beberapa UKM bahkan sudah menerapkan ERP (enterprice resource planning) dan CRM (customer relationship management) berbasis sumber terbuka.

Bahkan, perusahaan skala enterprise atau skala besar seperti PT Telkom kini telah memanfaatkan open source. Tidak kurang dari 18.000 komputer PT Telkom menggunakan sistem operasi sumber terbuka dengan memanfaatkan aplikasi Open Office.

Beberapa pertimbangan untuk beralih ke peranti lunak open source di antaranya adalah fleksibilitas untuk melakukan perubahan dan penyesuaian peranti lunak, dapat menggunakan peranti lunak legal tanpa biaya tinggi, menghindari ketergantungan pada penyedia peranti lunak proprietary, dan mencapai tingkat keamanan peranti lunak yang lebih tinggi.

Dari berbagai aplikasi sumber terbuka yang telah tersedia, banyak di antaranya sudah digunakan secara luas, karenanya dikategorikan sebagai mature. Termasuk dalam kategori ini adalah development tools, security, sistem operasi server, kolaborasi, web content management, dan application servers.

Umumnya perusahaan-perusahaan melakukan implementasi peranti lunak open source dimulai dari peranti lunak seperti itu. Biaya lisensi peranti lunak yang di hemat sangat signifikan dan bisa digunakan untuk keperluan yang lebih strategis. Misalnya untuk mengembangkan jenis inovasi baru yang mampu menggerakkan bisnis dan industri menuju keberhasilan ekonomi dan kemajuan yang lebih besar.

Mengejar ketinggalan

Sumber terbuka mempunyai prinsip semua software dan courseware boleh ditiru, dipergunakan, dan diperbaiki oleh siapa saja, demi kebaikan, dan percepatan perkembangan budi daya.

Untuk negara berkembang seperti Indonesia, ini sungguh merupakan kesempatan untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara maju yang belakangan ini berupaya terus untuk memperpanjang masa berlaku HaKI, agar mereka bisa terus mempertahankan penguasaan ekonominya. Dengan sumber terbuka, kita tidak sekadar jadi pengguna, tetapi juga mendapat source code-nya sehingga kita dapat mengembangkannya lebih jauh, membangun kemandirian, dan kemampuan menjadi produsen.

Dalam skema sumber terbuka, investasi TI yang semula dialokasikan pada lisensi software dialihkan menjadi biaya pelatihan dan implementasi yang bisa dilakukan oleh pemain TI lokal. Untuk peranti lunak standar seperti pengolah kata, spreadsheet, dan presentasi—di mana telah tersedia versi open source yang sudah digunakan secara luas—biaya pelatihan dan implementasi ini tidak lebih dari seperlima biaya lisensi peranti lunak proprietary.

Adapun untuk software yang tidak standar—artinya dibuat khusus untuk memenuhi kebutuhan pengguna—pembangunan software bisa dilakukan jauh lebih cepat dengan menggunakan kerangka open source dan memanfaatkan script yang telah ada sebelumnya.

Pembuatan software tidak lagi dari nol, karena software sumber terbuka yang telah ada sebelumnya bisa dimanfaatkan untuk dikembangkan lebih lanjut.

Dalam situasi ini, pengguna mengeluarkan biaya untuk desain pembangunan, integrasi, uji coba, implemenasi, dan dukungan. Pengguna diuntungkan dengan waktu pembuatan yang lebih cepat dan biaya yang lebih murah.

Tidak ada komentar: